makalah perananan wali songo dan islamisasi di indonesia

Pendahuluan
a. Latar Belakang
banayak teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, berdasarkan teori-teori tersebut, ternyata islam sudah hadir dan mengakar sejak berabad-abad lalu. Hingga kini, Islam di indonesia telah mengalami pergulatan sejarah cukup panjang. Banyak jejak pemikiran dan peradaban telah dihasilkan dari generasi ke generasi. Mulai dari kebudayaan , politik, ekonomi, pendidikan serta kenegaraan. Jejak pemikiran islam di indonesia terbentuk berdasarkan semangat zaman masing-masing generasi.
Banyak peristiwa yang terjadi dalam proses islamisasi di indonesia. Pada saat praislam terdapat benyak tradisi yang berkembang di masyarakat serta pola pikir masyarakat yang dihadapkan pada kejadian belum pernah mereka alami.





















Peranan Walisongo dan Islamisasi di Indonesia

A. Pengertian Walisongo
Kata Walisongo diartikan dengan wali yang berjumlah sembilan (songo/sanga dalam bahasa jawa yang berarti sembilan). Namun demikian terdapat beberapa penafsiran lain. Kata sanga merupakan perubahan dari kata arab tsana yang berarti terpuji. Sehingga Walisongo berarti wali yang terpuji. Penafsiran lain, menjelaskan bahwa kata sanga diambil dari kata sangha yang dalam agama budha berartri jama’ah para biksu (Ulama’) sehingga walisongo berarti perkumpulan para wali yang terhimpun dalam suatu lembaga dakwah.
Walisongo berarti sembilan orang wali, mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta sunan Gunungjati.
Keberhasilan Islamisasi jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris tanpa konflik, baik polotik maupun kultural, meskipun terdapat konflik, skalanya sangat kecil, sehingga tidak mengesankan sebagai perang, kekerasan ataupun pemaksaan budaya. Penduduk jawa menganut dengan suka rela.
Walisongo menerapkan metode dakwah yang akomodatif, dan lentur, sehingga kehadiran mereka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Kehadiran para wali ditengah-tengah masyarakat jawa tidak dipandang sebagai ancaman. Dengan kepiwaianya para wali menggunakan unsur-unsur bedaya lama ( Hindu atau Budha) sebgai media dakwah mereka. Sedikit demi sedikit mereka memasukan nilai-nilai ajaran Islam kedalam unsur-unsur lama itu. Metode ini sering disebut metode sinkretisme.
Periode walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia khusunya dijawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan sangat besar yang mereka mainkan tidak hanya dalam kontek sejarah pendirian kerajaan islam dijawa, juga pengaruhnya yang begitu besar dalam kehidupan dan pembentukan kebudayaan masyarakat. Pemikiran dan gerakan yang dilakuka para wali ini dalam pengembangan dakwah Islam secara langsung, membuat ”sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding dengan yang lain.
Dalam kata lain, masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai ”Tabib” bagi kerajaan Hindu majapahit, Sunan Giri yang disebut para Kolonialis sebagai ”Paus dari timur” hingga sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat jawa yakni nuansa hindu dan Budha.

B.Kontribusi walisongo

1. Maulana Malik Ibrahim
Nama aslinya adalah maulana Makhdum Ibrahim assamarkhandi, diperkirakan lahir disamarkhand persia tengah pada abad ke 14M, terkadang Maulana Malik ibrahim disebut syeikh Maghribi. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak ulama terkenal disamudra pasai, sekaligus ayah dari sunan Giri(raden paku). Maulana malik ibrahim pernah bermukim di cempa (kamboja) selama 13 tahun dan menikah dengan putri raja cempa. Dari perkawinan ini lahir dua putra yaitu raden rahmat dan sayyid Ali Murtadza alias raden santri.
Maulana Malik Ibrahim memilih jalur pendidikan sebagai media dakwahnya, pesantern merupakan bentuk pendidikan yang digagas oleehnya. Dimaksudkan untuk menampung dan menjawab permasalah-permasalahan soal keagamaan, serta menghimpun santri. Sunan Gresik dianggap sebagai bapak spiritual walisongo. Beliau wafat tanggal 12 robiul awal 822H, bertepatan dengan 8 april 1419 M, sedangkan makamnya terletak di perkuburan gapura wetan,gresik.

2. Sunan Ampel
Nama aslinya adalah Raden Rahmat, ia adalah putera sunan Gresikdan istrinya yang bernama Dewi Candra Wulan.
Sebagai langkah awal, sunan Ampel membangun pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya, melaui pesantrenya. Sunan Ampel mendidik kader-kader dai yang kemudian di kirim keseluruh jawa. Murid-muridnya yang terkenal antara lain : Raden Paku(sunan Giri), Raden Patah(sunan Demak), Raden Makhdum Ibrahim(sunan Bonang), Syarifudin (sunan Drajat), Maulana Ishak(penyebar Islam blambangan).
Sunan Ampel dikenal sebagai tokoh pencipta dan perencanaan kerajaan Islam dijawa, dalam dakwahnya.
Sunan Ampel mengkhawatirkan penyimpangan akibat-akibat tradisi masyarakat jawa seperti kenduri, selametan dan sesaji yang hidup dikalangan masyarakat. Namun ia tetap menoleransi. Dalam praktikanya para wali memasukkan nilai-nilai ajaran Islam kedalam tradisi tersebut.

3. Maulana Makhdum Ibrahim (sunan Bonang)
Ia adalah putra dari sunan Ampel dan istrinya Chandrawati. Dalam aktifitas dakwahnya, sunan Bonang mengganti nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat. Hal itu dimaksudkan upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha. Sunan Bonang memanfaatkan tradisi wayang untuk menyampaikan dakwahnya, syair lagu, gamelan ciptaan para wali dan sunan bonang pada khususnya berisi tentang ajaran Tauhid dan peribadatan. Sunan bonang wafat pada tahun 1525 di makamkan di Tuban.

4. Raden mas Syahid (sunan Kalijaga)
Nama aslinya adalah raden mas syahid, ayahnya bernama raden sahur tumenggung wilatikta yang menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya Dewi ningrum.
Dalam berdakwah, sunan Kalijaga mempunyai pola yang sama dengan gurunya yaitu sunan Bonang, Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk dakwah, karena itu Ia toleran dengan budaya lokal. Bila dipahamai secara lahiriyah, maka ajaran sunan Kalijaga terkesan Sinkretisme dalam mengenalkan Islam, sebab dalam melaksanakan dakwahnya, ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beliau wafat pada pertengahan abad ke 15 dan dimakamkan didesa kadilangu demak.

5.Raden Paku (sunan Giri)
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishak (sunan Ampel). Sunan Giri adalah saudara ipar dari raden patah, dikarenakan istri mereka bersaudara. Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren sebagai basis dakwahnya. Dari pesantren inilah lahir juru dakwah yang kemudian menyiarkan agama keluar pulau jawa. Sunan Giri juga dikenal sebagai seorang pendidik yang menerapkan permainan yang bersifat agamis, bebrapa karyanya adalah tembang jemuran, jelungan, jor, gula ganti, lir ilir, dan cubleg-cubleg suweng, yang kemudian dikembangkan oleh Raden Ranggawarsita.

6. raden Qosim/ Syarifudin (sunan Drajat)
Nama aslinya adalah Raden Qasim/ syarifudin. Raden Qasim adalah putera sunan Ampel dari istri kedua yang bernama dewi candrawati.
Hal yang membedakannya dari wali yang lain adalah kepekaanya terhadap masalah-masalah sosial. Dalam dakwahnya lebih mengedepankan tema-tema kepedulian sosial dan kegotong royongan, ia pun senantiasa memberikan teladan dengan memberi pertolongan kepada kaum lemah. Sunan Drajat sangat memahami bahwa menyantuni anak yatim dan fakir miskin merupakan kewajiban yang dianjurkan agama Islam.

7. Ja’far Sadiq (sunan Kudus)
Nama aslinya adalah ja’far shodiq, ia dikenal dengan seorang pujangga. Sunan kudus adalah putra raden Usman Haji yang menyiarkan islam di daerah jipang panolan,blora, jawa Tengah. Diantara walisongo, sunan Kudus mendapat julukan Walal ilmi, karena keluasan ilmunya. Dia sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama fiqh, ushul fiqh, tauhid, hadist, tafsir serta logika.
Cara sunan kudus mendekati masyarakat kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol hindu budha serta memainkan peran sebagai sesosok pujangga. Ia menciptakan lagu-lagu dan cerita-cerita keagamaan. Beliau wafat tahun 1550M dan dimakamkan dikomplek menara kudus.

8. Raden Umar Sa’id (sunan Muria)
Sunan Muria adalah putra sunan kalijaga, nama aslinya adalah raden umar sa’id/Raden sa’id. Semasa kecilnya dikenal dengan nama Prawoto.
Ciri khas sunan Muria adalah menjadikan desa-desa terpencil sebagai medan dakwahnya. Ia terkenal sebagai wali yang lebih gemar menyendiri, bertempat tinggal didaerah terpencil, dan bergaul dengan rakyat kebanyakan. Dalam rangka dakwahnya, ia mengadakan kursus-kursus bagi para pedagang, nelayan,ataupun masyarakat kecil lainya.

9. syarif Hidayatullah (sunan Gunungjati)
Nama lainya adalah syarif Hidayatullah/ Fatahillah, terkadang juga dikenal Falatehan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan timur tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya Maulana Hasanudin, sunan Gunungjati juga melakukan ekspedisi ke banten, penguasa setempat pucuk umam menyerahkan secara sukarela penguasaan wilayah banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal kesultanan banten. Ia wafat dalam usia 120tahun dan dimakamkan didaerah gunung sembung, Gunungjati.

































Kesimpulan

Keberhasilan islamisasi jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai nyaris tanpa konflik, baik politik maupun kultural. Meskipun terdapat konflik sekaligus skalanya sangat kecil, sehingga tidak mengesankan sebagai perang, kekerasan ataupun pemaksaan budaya, sehingga penduduk jawa menganut Islam secara sukarela.
Diantara para walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta sunan Gunungjati.

























Daftar bacaan
1.Drs.Akhmadi Wahid,Mag,dkk ”sejarah kebudayaan Islam,Menjelajahi peradaban Islam”
2.Dr.Murodi,MA ”sejarah kebudayaan Islam”